Tentang

SEJARAH PONDOK PESANTREN SABILURROSYAD

Pondok pesantren Sabilurrosyad merupakan pondok yang didirikan dalam naungan sebuah yayasan “Sabilurrosyad”. Nama Sabillurrosyad yang disandang pondok ini merupakan usulan salah satu pendiri yayasan, yaitu KH. Dahlan Tamrin.

Sejak tanggal ditanda tanganinya akte notaris tepatnya pada tangal 23 Maret 1989  oleh sejumlah kyai, yaitu KH. Dahlan Tamrin, H. Moh. Anwar, H.Mahmudi Zainuri dan M. Rifa’i Chaliq, yayasan ini resmi berdiri.

Dalam akta notaris yang telah disahkan, tertulis bahwa mereka setuju dan sepakat untuk mendirikan sebuah badan hukum yang berbentuk yayasan.

Untuk mendirikan sebuah yayasan, mereka menyisihkan harta kekayaannya berupa sejumlah uang dan sebidang tanah seluas 2000 m2 yang terletak di dusun Gasek, desa Karang Besuki, kecamatan Sukun, Kota madya Malang yang menjadi aset utama milik yayasan.

Adapun dasar, sifat, maksud dan tujuan  didirikannya yayasan ini yaitu sesuai dengan pasal 3 pada akta notaris yang dibuat, sebagai berikut:

  1. Yayasan ini berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan GBHN
  2. Yayasan ini bersifat terbuka, kekeluargaan dan gotong royong.
  3. Maksud dan tujuan yayasan ini adalah:
    1. Menyelenggarakan pendidikan formal maupun non formal yang bernafaskan keagamaan
    2. Mengadakan penelitian sosial keagamaan
    3. Menyelenggarakan dakwah untuk pengajian dan media lainnya
    4. Menyelenggarakan pendidikan kader
    5. Menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial keagamaan

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran kegiatan ini adalah pelajar atau mahasiswa yang berada di daerah Malang dan sekitarnya serta masyarakat Islam pada umumnya. Sedangkan sumber dana kegiatan ini berasal dari infaq/shadaqah dari perorangan/lembaga baik  pemerintah maupun swasta.

  1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Putra Sabilurrosyad

Pondok pesantren Sabilurrosyad terletak di dusun Gasek, desa Karang Besuki, kec Sukun, kab. Malang. Sebelum pondok ini berdiri, rata-rata penduduknya adalah non-muslim. agama penduduknya masih minim. Apalagi di desa itu telah berkembang proses Kristenisasi. Melihat kondisi seperti itu, beberapa tokoh agama di desa tersebut prihatin dan menimbulkan keinginan mereka untuk mendirikan sebuah pondok pesantren, dengan alasan:

  1. Untuk mempertahankan agama Islam
  2. Membentengi masyarakat agar tidak terpengaruh ajaran-ajaran agama Kristen.

Dengan munculnya ide mulia itu, salah satu dari mereka, yang namanya tidak mau disebutkan, mewakafkan tanahnya seluas ± 2000 m2, dan diserahkan pada lembaga NU untuk dibangun sebuah pondok pesantren (semoga Allah SWT melimpahkan rahmat untuknya.Amin).

Kemudian dari dana yang dikumpulkan dari beberapa tokoh itu dan dengan niat bismillah, dibangunlah pondok itu satu lokal. Karena semakin hari santri semakin bertambah dan pondok itu belum ada pengasuhnya dan masih dalam pengawasan yayasan Sabilurrosyad, maka KH. Marzuki Mustamar yang sebelumnya mempunyai santri berjumlah ± 21 orang, putra dan putri, yang tinggal di kontrakan diminta oleh pihak yayasan menjadi pengasuh pondok pesantren Sabilurrosyad.

Akhirnya KH.Marzuki Mustamar beserta santrinya pindah di lingkungan pondok. Tetapi hanya santri putra yang menempati pondok tersebut mengingat bahwa yayasan Sabilurrosyad hanya mendirikan pondok khusus putra tidak untuk putri. Akhirnya santri putri tetap diasuh oleh ustadz Marzuki dan lepas dari tanggung jawab yayasan dengan beberapa lokal asrama sebagai tempat tinggal santri putri.

Beberapa tahun kemudian pengasuh pondok pesantren Sabilurrosyad bertambah, yaitu Ustadz Murtadlo Amin dan Ustadz Abdul Aziz Husein.

Tahun demi tahun berjalan dan santri semakin bertambah, maka pihak yayasan membentuk panitia pembangunan masjid dan pondok. Tepatnya sekitar tahun 2001. Tujuan pembangunan ini adalah :

  1. Sebagai fasilitas untuk ibadah dan kegiatan pengajaran untuk para santri dan masyarakat sekitar.
  2. Adanya fasilitas yang layak sebagai tempat ibadah, mengingat daerah ini berada di tengah-tengah kota yang bersih dan indah
  3. Adanya fasilitas untuk asrama santri yang memadai dan memenuhi syarat.
  4. Adanya fasilitas ini memungkinkan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Dengan pembangunan itu di peroleh 3 lokal asrama santri putra, dengan beberapa fasilitas yang memadai. Tahun berikutnya dibangun lagi 2 lokal.

  1. Tokoh-Tokoh Pendiri Dan Kepengurusan Pondok Putra Pesantren Sabilurrosyad

Diatas telah diuraikan secara singkat sejarah berdirinya pondok pesantren Sabilurrosyad, maka uraian selanjutnya akan disebutkan tokoh pendiri dan pemrakarsa berdirinya pondok pesantren tersebut. Dalam peristiwa sejarah tokoh penggerak merupakan komponen utama dalam penulisan suatu peristiwa sejarah. Karena tokoh sejarah adalah sebagai penyebab lahirnya peristiwa sejarah tersebut.

Diantara pemrakarsa berdirinya pondok diantaranya adalah H.Ismail (Alm), H.Muslimin dan dibantu beberapa tokoh masyarakat desa Gasek. Selanjutnya dibentuklah pengurus yayasan Sabilurrosyad untuk mengembangkan pondok tersebut, diantara nama-nama pengurus yayasan periode pertama adalah sebagai berikut:

Pelindung               :  Walikota kepala daerah tingkat II Malang

Penasehat               :   – KH.Abdullah

– KH.Baidlowi Muslich

– H.Sun’an

Ketua                      :  H. Moh.Anwar

Wakil                      :  Drs. Mahmud Zainuri

Sekretaris                :  KH. Dahlan Tamrin

Wakil                      :  Drs. Asnawi

Bendahara              :  H. Nachrawi

Wakil                      :  Drs. H. Hanif

Anggota                 :  – Ir. Sunardi

– Moh. Rifa’i Chaliq

– H. Tantowi Fadeli SH.

  1. Sumber Dana

Dalam suatu proses pembangunan, faktor dana /keuangan merupakan faktor utama, oleh karena itu dana adalah suatu yang tidak dapat dianggap remeh. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa jika seseorang kelompok suatu bangsa atau negara ingin membangun suatu proyek harus memperhatikan ketersediaan dana atau materi yang ada.

Berdasarkan kenyataan seperti ini, maka para tokoh pendiri pondok pesantren Sabilurrosyad berusaha melakukan terobosan-terobosan dalam mencari dana pembangunan tersebut. Disamping itu mereka terlebih dahulu memberikan teladan untuk memberikan sumbangan seikhlasnya. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menggali dana untuk pembangunan pondok pesantren Sabilurrosyad yaitu :

  1. Infaq/shadaqah dari perorangan atau lembaga baik pemerintah maupun swasta
  2. Amal jariyah dari kaum muslimin
  3. Para donatur.

Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan agama yang bertujuan untuk menciptakan insan yang berakhlakul karimah, sekarang ini pondok pesantren merupakan satu-satunnya lembaga pendidkan Islam yaang masih di percaya oleh masyarakat sebagai benteng terakhir yang mempertahankan nilai-nilai moraal Islam yang luhur.

Sebagai pondok pesantren yang santrinya rata-rata berstatus sebagai mahasiswa, P.P. Sabilurrosyad memiliki sistem pendidikan yang sangat menekankan pada aspek pembinaan moral, di dalamnya banyak diajarkan kitab-kitab kuning yang sarat nilai-nilai moral yang dijadikan bekal  untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Disamping  itu para santri juga dibekali dengan ilmu-ilmu alat seperti nahwu dan Shorof agar nantinya para santri dapat memahami kitab kuning secara mandiri.

Pelaksanaan pendidikan yang berlangsung di PP. Sabillurrosyad, pada awalnya adalah menggunakan sistem yang sama yakni semua santri baik yang sudah lama tinggal di pondok dan sudah pandai membaca kitab belajar bersama-sama dengan santri baru yang memiliki kemampuan pas-pasan. Akibat dari sistem tersebut adalah terjadinya kesenjangan, santri yang baru tinggal di pondok dan tidak memiliki basic dasar untuk memahami kitab kuning terkadang mengeluh karena tidak mampu mengikuti pelajaran sebagaimana santri biasa. Sistem ini terpaksa ditempuh kerena jumlah santri  masih sedikit sehingga tidak memungkinkan untuk dipisah-pisah.

Dari tahun ke tahun jumlah santri P.P. Sabillurrosyad  bertambah sehingga pada bulan Sya’ban tahun 1422 H dibentuklah madrasah diniyah. Madrasah diniyah adalah kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara klasikal dii  madrasah dengan menggunakan kurikulum tertentu. Jadi madrasah diniyah ini bersifat klasikal artinya para santri di klasifikasikan berdasarkan kemampuan mereka masing-masing. Pembentukan madrasah diniyah ini sekaligus juga menjawab masalah kesenjangan kemampuan diantara para santri.

a)   Nama dan Kedudukan

Nama lembaga pendidikan madrasah adalah madrasah diniyah Sabilurrosyad yang memiliki enam jenjang yaitu kelas I’dadiyah, I, II, III, IV, V dan VI

Kedudukan madrasah dalam struktur organisasi P.P. Sabillurrosyad adalah langsung ditangani oleh dewan pangasuh P.P Sabilurrosyad dan memiliki garis koordinatif dengan pengurus P.P. Sabilurrosyad.

Proses berdirinya madrasah diniyah Sabilurrosyad diawali dengan masa persiapan dan ini berlangsung selama sebulan yakni pada bulan Sya’ban tahun 1422 H. Kemudian secara resminya madrasah diniyah ini dimulai setelah hari raya Idul Fitri tepatnya pada hari rabu tanggal 02 Januari 2002.

b)       Sistem Belajar Mengajar dan Kurikulum Madrasah

Sistem belajar mengajarnya menggunakaan metode balaghan dan sesekali diselingi dengan sorogan. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di masjid Nur Ahmad P.P Sabilurrosyad.

Setiap hari santri belajar di madrasah diniyah kurang lebih selama satu setengah jam. Sistem evaluasi atau ujian dilaksanakan 2 kali  dalam setahun.

c)    Perkembangan Madrasah Diniyah

Perkembangan madrasah diniyah makin lama makin membaik. Pada awal berdirinya jumlah santri yang mengikuti  diniyah ada 65 orang dengan rincian :

  1. Kelas I : IA sebanyak 25 orang

IB sebanyak 17 orang

  1. Kelas II sebanyak 27 orang
  2. Kelas III sebanyak 11 orang

Setelah beberapa tahun berjalan madrasah diniyah Sabilurrosyad mengalami kemajuaan yang pesat. Baik dari segi kwalitas maupun kwantitasnya. Sekarang terdapat tiga jenjang yaitu:

  1. Awwaliyah
  2. Wustho
  3. Ulya .

Sekarang jumlah Santri Madrasah Diniyah Mencapai 336 Santri, termasuk santri Putra dan santri Putri

 

Kurikulum :

Tingkat Awwaliyah : Santri belajar bahasa arab mulai dasar, yaitu menggunakan Nahwu wadlih dan Shorof, dan untuk Akhlak menggunakan Akhlakul Banin. Dan Untuk Fiqhnya menggunakan Mabadi.

Tingkat Wustho    : Santri mulai belajar dengan kaidah-kaidah ditingkatan kedua, seperti, Kailani, Mutammimah, Kifayah dan lainnya.

Tingkat Ulya   : Santri dibekali ilmu-ilmu untuk kehidupan bermasyarakat. Dan praktek-praktek dimasyarakat

Visi : diniyah mengupayakan santri putra dan putri mampu memehami semua ajaran Islam menurut Al-Qur’an dan Hadits. Namun dalam perkembangannya terdapat kendala-kendala yaitu kebanyakan santri yang menjadi mahasiswa (aktivis kampus) sehingga tidak fokus dalam pembelajaran diniyah.

Misi : melaksanakan suasana pembelajaran agama Islam yang kondusif dan lain-lain yang mendukung.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *