Biografi Pengasuh

KH Abdul Aziz Husein

Pada tahun 1970 tepatnya tanggal 15 Desember KH Abdul Aziz Husein kecil lahir di Kota Jakarta kelurahan Tebet Barat kecamatan Tebet Jakarta Selatan, dari orang tua yang bernama H. Muhammad Husein dan Hj. Martini. Beliau Mengawali pendidikan pada tahun 1977 di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Tebet Timur Jakarta Selatan, setelah lulus MI beliau memiliki niatan kuat meneruskan pendidikan di pondok pesantren, begitu pula dengan niatan abah beliau untuk memondokkan di Darul Rohman (KH. Syukron Ma’mun) Senayan Jakarta Barat, akan tetapi dengan pertimbangan ekonomi yang dikhawatirkan, pendidikan beliau terputus karena putusnya biaya, maka orang tua menginginkan beliau untuk  meneruskan di Jakarta saja tepatnya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Tebet Timur Jakarta Selatan.

Alhamdulillah, tepat satu minggu setelah beliau dinyatakan lulus dari Mts Mu’allimin, Abah beliau menyuruh untuk siap-siap berangkat ke Malang Jawa Timur yang pada saat itu beliau buta daerah Jawa Timur khususnya Kota Malang. Setelah beliau tanyakan di Pondok mana dan siapa Kyainya, ternyata abah beliau tidak mengetahui.  Abah beliau hanya tahu dari teman ngajinya dan termasuk gurunya yaitu KH. Hasan yang saat itu putranya sudah mondok di Malang setahun yang lalu yaitu Sholeh bin KH. Hasan, yang merupakan teman beliau waktu kecil seperti bermain bola, kelereng dan lain-lain.

Berangkatlah beliau dari Jakarta menuju kota dingin dan sejuk yaitu Malang pada tahun 1987 bersama KH. Hasan dan putranya Sholeh.  Tanpa orang tua ataupun keluarga yang menemani beliau ke Malang, tepatnya Idul Fitri 7 hari dengan naik kerta api Bima Jurusan Surabaya, kemudian dari Surabaya menuju Tanggul untuk menghadiri Haul Besar Al Qutub Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid Tanggul Jember, setelah menghadiri haul, rombongan langsung berangkat ke Pondok Pesantren Daruttauhid malang.

Pondok pesantren Daruttauhid  terletak di Kelurahan Dinoyo yang pada tahun itu jumlah santri kurang lebih 80 orang diasuh langsung oleh Al Ustazd Abdullah Awad Abdun, beliau barasal dari Palu Sulawesi Tengah dan belajar kepada Al ‘Allamah Al Habib Idrus bin Salim Al Jufri (Pendiri Perguruan Al Khairot) kemudian hijroh ke Malang mengajar santri-santri Darul Hadits dan belajar langsung kepada Al ‘Allamah Al Habib Abdul Qodir Bilfaqih.

Setelah masuk ke Pesantren Daruttauhid Malang beliau masuk di kelas 6 Ibtidaiyah kurikulum Pondok Pesantren. Pada saat itu pondok belum membuka pendidikan formal, santri yang ingin melanjutkan pendidikan formalnya dibolehkan oleh pihak pesantren untuk melanjutkan diluar pondok, akan tetapi beliau tidak punya niat untuk langsung melanjutkan pendidikan formal demikian pula abah tidak mengizinkan, Abah beliau menginginkan beliau mendalami ilmu Agama terlebih dahulu. Setelah 4 tahun belajar di Pondok Pesantren Daruttauhid, beliau lulus marhalah Aliyah tepatnya tahun 1991. Kenaikkan kelas untuk kurikulum Pondok Pesantren tidak harus menunggu satu tahun, bagi santri yang dapat nilai tinggi langsung dinaikkan ke 2 kelas berikutnya, alhamdulillah (Tahaddutsan bin Ni’mah) beliau duduk di kelas enam kemudian langsung dinaikkan ke kelas 2 Tsanawiyah.

Satu tahun masa belajar beliau di Daruttauhid, setiap malam beliau dibimbing oleh Al Ustazd Sulaiman Suyudi santri senior dari Kebon Baru Tebet Jakarta dalam pelajaran nahwu dengan memakai kitab Annahwu Alwadhih 1,2 & 3 dan shorof memakai kitab Amtsilah Attashrifiyah dan Alkailani dari situlah beliau mendapatkan nilai yang bagus dan dinaikkan langsung 2 kelas.

Semenjak menjadi santri Ponpes Daruttauhid, beliau diberikan amanat dan merupakan khidmah beliau kepada oleh Ustazd Abdullah menjadi ketua keamanan pondok dan mengambil futur, ghoda’ dan ‘asya’ asatizdah yang tinggal di dalam Pondok dari ruang makan santri ke kamar guru, Alhamduliilah dengan khidmah kepada guru dan pesantren beliau dimudahkan dalam memahami ilmu yang diberikan oleh para ustazd. selama beliau menjadi santri selain mendapatkan bimbingan rohani dan ilmu-ilmu Agama langsung dari Al Ustazd Abdullah Abdun dan juga mendapatkan ilmu Agama dari guru-guru yang mengajar disana. Dengan ikhlasnya para Ustadz dan berkahnya pesantren serta  minimnya dosa yang dilakukan oleh para santri karena mereka tidak boleh keluar dari area Pesantren kecuali hari jum’at dari jam 6 pagi sampai jam 10 (sebelum jum’at) dan  wajib sholat jum’at di masjid Tarbiyah IAIN Malang, beliau yakin sebagai santri bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan do’a hambanya khususnya tolibul ilmi, dari situlah keyakinan beliau akan terkabulnya doa, Alhamdulillah semua yang beliau dapatkan sampai saat ini karena berkat doa orang tua, guru dan termasuk permintaan beliau kepada Allah saat menjadi santri.

Pada tahun 1990 terdapat sepuluh santri yang akan dikirim oleh Al Ustazd Abdullah Abdun, dua santri ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir (beasiswa tahunan), empat santri ke Jaami’ah di Madinah Al Munawwaroh dan empat santri ke Jami’ah di Quwaet. Alhamdulillah beliau termasuk dari 10 santri yang akan dikirim ke Madinah, akan tetapi Allah Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui, pemberangkatan yang ke Quwait dan Madinah gagal  karena terjadinya perang Teluk sedangkan dua santri yang ditunjuk ke Mesir tetap berangkat.

Setelah gagal melanjutkan pendidikan ke luar Negeri, beliau izin ke Ust. Abdullah dan juga ke kedua orang tua beliau untuk mengikuti ujian Aliyah di MA Nidhomiyah Jombang, Alhamdulillah orang tua beliau mengizinkan, setelah saya mendapatkan ijazah formal saya meneruskan kuliah di Fakultas Tarbiyah Universitas Darul Ulum Jombang, setiap bulan saya sempatkan ke Malang memohon bimbingan dari Ust. Abdullah dan guru-guru yang lain. Pada tahun 1992 saat itu liburan semester empat, Beliau Al Ust. Abdullah menyarankan agar saya pindah kuliah ke UNISMA Malang, tanpa banyak berfikir saya langsung mengurus surat pindah, Alhamdulillah semester lima beliau sudah masuk kuliah  di UNISMA dan bertempat tinggal di Pondok Pesantren Daruttauhid, saat beliau kuliah di UNISMA, beliau disuruh oleh Ustadz Abdullah untuk belajar mengajar kurikulum Pondok.

Jelang satu hari selepas Wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada bulan Januari tahun 1995 beliau bersama keluarga dari Jakarta pergi ke Blitar di desa Kanigoro untuk melamar seorang wanita yang bernama Leny Riyadhul Badi’ah, putri dari Bapak Abdul Wahid dan Umi Khairiyah, kemudian jelang satu tahun tepatnya bulan Januari 2006 beliau menikah yang Alhamdulillah sampai saat ini sudah dikarunia 3 anak satu putri dan 2 putra.

Pada tahun 1995 beliau mendapatkan SK mengajar juga di Madrasah Tsanawiyah Daruttauhid kurikulum Depag (formal) yang sudah beridiri sejak tahun 1990/1991, kemudian beliau diamanatkan oleh Ustadz Abdullah dengan mengeluarkan SK untuk menjadi wakil kepala Madrasah Aliyah masa jabatan 1999 s/d 2003, setelah masa jabatan wakil kepala selesai, putra-putra Ustadz Abdullah sebagai kholifah (penerus) setelah Ustadz Abdullah wafat pada tahun 2002 mengamanatkan kepada beliau untuk memimpin Madrasah Aliyah dengan masa jabatan 2003 s/d 2007. pada tahun 2007 atau 2007 s/d 2012 putra-putri Ustadz Abdullah menginginkan dan mengharapkan madrasah Tsanawiyah dan Aliyah dipimpin oleh satu Kepala, maka pada periode tersebut mengamanatkan kepada beliau untuk memimpin dua Madrasah tersebut.

Disamping sibuk mengajar di pendidikan Formal dan Non Formal Ponpes Daruttauhid, pada tahun 1999 beliau diterima mengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang pada Program Khusus Bahasa Arab sampai sekarang yang sudah mengganti nama Universitas Islam Negeri Malang (UIN), jelang satu tahun beliau mengajar di STAIN, Alhamdulillah Allah mentakdirkan beliau membeli dan memiliki rumah di lingkungan Pesantren Sabilurrosyad Gasek Karang Besuki Sukun Malang yang sebelumnya beliau bertempat di Karanglo Singosari, kemudian setelah menetap di Pesantren Sabilurrosayad beliau diamanatkan oleh KH Marzuki Mustamar selaku Pengasuh untuk mengajar kitab-kitab kuning.

Dalam menjalankan amanah, beliau sebagai pengajar di Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi, Alhamdulillah dengan ilmu yang insya Allah barokah  beliau dapat menyelesaikan penulisan buku “Tashrif Terapan”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *