Kajian Hadits : Dorongan Membantu yang Tidak Mampu
Sudah menjadi sunnatullah, manusia di dunia itu berbeda-beda. Beda warna kulit, beda bahasa, beda tingkat ekonomi dan sosialnya. Allah menciptakan manusia berbeda. Untuk saling melengkapi, dan muntupi kekurangan masing-masing. Ada yang pintar, ilmunya masya Allah. Tapi banyak juga yang bodoh, nggak ngerti babar balas. Ada yang kaya raya, rumahnya mentereng, mobilnya berjejer, usahanya di mana-mana. Tapi tak sedikit yang miskin papa. Jangankan punya mpbil, wong sepedasaja nggak punya. Jangankan rumah mentereng, wong bayar kontarakan saja sering telat. Jangankan mau makan direstoran, wong sudah bisa makan saja sudah alhamdulillah. Ada yang punya pangkat tapi banyak juga yang hanya rakyat. Ada yang fisiknya kuat, tampangnya gagah, tapi tak sedikit yang lemah bahkan berbaring tak berdaya.
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut tentu mengandung hikmah yang sangat besar. Karena Allah Yang Maha Bijaksana, tentu lebih mengerti dengan apa yang telah diciptakan dan ditetapkan-Nya untuk hamba-hamba dan semua makhluk-Nya. Tidak ada sedikitpun ketetapan dan ciptaan Allah yang sia-sia dan tidak bermakna. Dengan perbedaan, kehidupan manusia jadi warna warni. Berangkat dari kenyataan itu, manusia harus berusaha, supaya perbedaan-perbedaan itu mendatangkan rahmat bukan petaka. Mendatangkan kemashlahatan bukan keruwetan. Mendatangkan kebaikan bukan keburukan.
Untuk mencapai tujuan mulia itu maka diperlukan rasa kemanusiaan yang tinggi, kebersamaan, gotong royong, saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Yang kaya membantu yang miskin, maka yang miskinpun menolong yang kaya. Lha, kalau semuanya kaya, siapa yang mau ndandani genteng yang bocor. Wong orang kaya itu biasanya hanya mau beres nggak mau repot-repot sendiri. Tapi kalau semuanya melarat ya repot juga. Mau ini dan itu fulusnya nggak ada. Yang punya pangkat harus memperhatikan dan mementingkan rakyat. Rakyat juga harus membantu pejabat agar bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Alhasil semuanya harus saling mengedepankan sikap positif dan mau membantu.
Sebaliknya, kalau masing-masing bersifat egois dan tidak mau tahu urusan orang lain, ya jangan harap bisa hidup rukun dan damai. Kalau orang kayanya somse (sombong sekali), tidak mau dekat apalagi membantu yang miskin, maka jangan heran kalau banyak orang-orang miskin ngamuk. Kalau para pejabatnya tidak mau memihak kepada rakyat apalagi membantu mereka, ya jangan harap rakyat mau manut dengan aturan pemerintah. Akhirnya yang ada hanya saling serang, saling jegal dan saling bermusuhan.
Seandainya Kita yang Membutuhkan Bantuan
Manusia harus saling membantu dan tolong menolong, tentu dalam bingkai kebaikan. Bukan menolong maling supaya rencana jahatnya sukses. Bukan menolong kemunkaran biar bisa berjalan tanpa gangguan. Yang begini ini dilarang. Allah SWT berfirman: Dan Tolong menolonglah dalamm kebaikan dan ketaqwaan. Dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah:2)
Selanjutnya, kita harus tahu diri. Jangan sungkan-sungkan atau males menolong orang lain selama masih mampu. Sebab, siapa tahu, perkara yang buruk-buruk itu akan menimpa kita, keluarga kita atau orang-orang dekat kita. Misalnya keluarga kita ada yang sakit. Keluarga kita ada yang kena musibah. Keluarga kita membutuhkan sesuatu tapi nggak mampu mencapainya karena keterbatasan. Coba kalau kita yang mengalami itu semua, sementara tidak ada yang mau tahu apalagi membantu kita, tentu kita akan nelongso.
Dan kenyataan di masyarakat, sangat banyak orang yang butuh bantuan sesamanya. Banyak anak laki-laki yang punya perasaan cinta kepada nseorang gadis. Atau sebaliknya, banyak anak gadis yang cinta setengah mati pada seorang laki-laki, namun dia tidak berani mengungkapkannya. Dia hanya bisa ngempet perasaan itu, padahal sudah waktunya nikah. Nah, mereka ini perlu orang yang mau membantu, menjembatani yang sering disebut mak comblang. Mak comblang harus betul-betul niat membantu.
Selanjutnya banyak orang awam yang berurusan dengan hukum atau aparat, padahal mereka sama sekali nggak melek hukum, maka alangkah mulianya lembaga-lembaga atau individu yang betul-betul mau membantu mereka menyelesaikan persoalannya. Namun, repotnya, banyak yang bukanya membantu, malah ngibuli dan memeras. Berapa banyak orang-orang miskin yang butuh bantuan tapi mereka masih menjaga harga diri dan martabatnya. Mereka tidak mau ngemis-ngemis dipinggir jalan atau perempatan. Maka sungguh mulia akhlak orang-orang yang mau mendatangi gubug mereka untuk sekedar mengulurkan bantuan.
Saling Membantu Pahalanya Dunia Akhirat
Membantu orang yang membutuhkan itu pahalanya sangat besar. Karena termasuk ibadah yang muta’adi, yang manfaatnya dirasakan oleh orang banyak, bukan hanya kita saja. Ada sebuah kaidah, al-muta’addi khoirun minal qoshir (ibadah yang manfaatnya dirasakan orang lain, lebih baik daripada ibadah yang manfaatnya hanya untuk pelakunya sendiri). Misalnya, membantu perjuangan agama, membantu pondok pesantren, ngopeni madrasah yang kondisinya sudah sangat menyedihkan. Menyekolahkan anak-anak yatim atau fakir miskin untuk masa depan mereka.
Selama pondok, masjid atau madrasah itu dimanfaatkan, maka orang yang membatu itu akan terus mendapat kiriman pahala. Demikian juga, selama orang yang kita bantu itu terus beramal kebaikan maka kitapun akan mendapat pahalanya. Kalau ada anak yatim yang tidak mampu sekolah atau mondok, lalu kita bantu sampai akhirnya dia menjadi orang yang alim, ahli ibadah dan ilmunya manfaat, maka kita sebagai orang yang membantu si yatim itu sehingga dia bisa ngaji akan terus mendapat pahala. Subhanalloh.
Allah SWT berfirman: “Barang siapa yang menolong dengan pertolongan yang baik, maka dia juga akan mendapat bagian (pahalanya). Dan barang siapa yang menolong dengan pertolongan yang buruk, maka dia akan mendapatkan bagian (dosanya)…. (Surat an-Nisa:.)
Balasan orang yang membantu orang lain sehingga dia mampu melaksanakan hajatnya sangat besar. Dalam hadits di atas disebutkan, Allah akan menetapkan kakinya di shirotol mustaqim, pada saat banyak orang yang tergelincir jatuh ke jurang neraka. Tentu balasan ini sangat pantas, sebab orang yang membantu orang lemah dan melarat pada dasarnya berati dia membantu agar orang yang dibantu itu bisa tegak berdiri dan mandiri.