Grand Desain Organisasi Kepelajaran NU
Ponpesgasek.com- Tafakur tentang organisasi dapat diawali dengan episentrum yang telah masyhur, yakni penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya ta’arufan perencanaan. Gagasan ini perlu dipahami bagi pelajar-siswa, mahasiswa, dan santri-NU.
Mumpung masih muda, masih belum memiliki tanggungan rumah tangga. Lebih baik jika memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk berproses serta mengabdi di organisasi dengan aktivitas yang produktif, investasi jaringan, mengukir pengalaman, melatih tanggung jawab, hingga menemukan jati diri.
Alangkah menyedihkan jika menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kekhawatiran nilai IPK, tumpukan tugas kuliah, dan rutinitas hidup yang monoton. Apa sejarah hidup seperti itu, yang akan diceritakan kepada anak cucu?
Peradaban Sadar Diri sebagai Cermin Awal Organisasi
Pada umumnya, maju atau mundurnya setiap organisasi bergantung pada SDM masing-masing. Sehebat apa pun visi dan misi suatu organisasi, tanpa adanya SDM yang ideal, semua orientasi hanya berhenti sebatas wacana. Oleh karenanya, kualitas, integritas, kredibilitas, maupun spiritualitas SDM sangat menentukan eksistensi organisasi.
Misalnya begini, kelakuan saya (*tolong jangan ditiru) yang telah bersumpah mengabdi pada IPNU (Ikatan Pelajar NU) memakai baju yang amburadul, bertingkah petakilan, buluk, suka berkata kasar, dan menunda-nunda dalam melaksanakan kewajiban. Sebagai salah satu representasi kader IPNU, sikap yang demikian akan mencoreng nama baik organisasi secara tidak langsung. Kemudian, misalnya, bandingkan dengan teman-teman HTI yang berpakaian rapi dan wangi, perilaku yang islami, rajin ke masjid sebelum azan, dan agak kemarab saat bertegur sapa, “Akhy, ukhty” diiringi esem e sing manis. Bagi orang awam, kemana mereka akan tertarik?
Artinya, sebagai upaya menunjang progresivitas masa depan organisasi, hal pertama yang perlu ditanamkan adalah Peradaban Sadar Diri. Jadi, setiap langkah yang saya lakukan akan mencerminkan citra organisasi. Jika karakter saya baik, maka eksistensi yang berkaitan dengan masa depan organisasi juga akan baik. Begitu sebaliknya.
Program Perkembangan Spiritualitas dan Intelektualitas Kader
Selanjutnya, langsung mengamati pada organisasi kepelajaran NU (IPNU IPPNU) yang berdiri di sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Salah satu prestasi yang dimiliki organisasi ini adalah komitmennya agar menjadi orang yang dekat dengan masyarakat, bukan sebagai kasta elit. Tujuan baik ini penting dipertahankan dan dikembangkan untuk para kader. Oleh karena itu, langkah kedua untuk masa depan organisasi yang ideal bergantung pada Program yang Mewadahi Perkembangan Spiritualitas dan Intelektualitas Kader. Menurut saya, mayoritas organisasi IPNU IPPNU di berbagai tingkatan telah selesai dalam memfasilitasi kader-kader pada sisi spiritualitas, cara yang dilakukan yakni dengan mengaji maupun majlis salawat atau pun zikir. Rutinitas ini biasanya dilakukan setiap seminggu sekali.
Akan tetapi, kebanyakan organisasi kepelajaran NU belum mampu memberikan ruang berproses kader-kader dalam sisi intelektualitas. Akibatnya, masih banyak kader yang kalah secara pemikiran termasuk kepekaan sosial dibandingkan kader dari organisasi lain. Di sini pentingnya program diskusi yang membahas tema-tema aktual-faktual terkait sosial keagamaan yang bersifat rutin, minimal diadakan dua kali sebulan.
Jika program diskusi rutin ini dapat berjalan istikamah, kader memiliki ruang untuk belajar berbicara di depan orang lain, melatih percaya diri, dan mengasah mental dalam meningkatkan sisi intelektualitas mereka.
Distribusi Kader secara Struktural, Kultural, maupun Fungsional
Setelah itu, langkah ketiga yang dipersiapkan untuk masa depan organisasi, yakni Distribusi Kader secara Struktural, Kultural, maupun Fungsional. Salah satu indikator kuat dalam keberlangsungan organisasi ditentukan oleh kontribusi alumni. Ekspresi kontribusi ini dapat dirasakan melalui berbagai dimensi.
Pertama, distribusi kader secara struktural. Para alumni IPNU IPPNU yang memiliki peran strategis di tingkatan IPNU IPPNU dengan strata yang lebih tinggi dapat mewadahi kader-kader yang ingin melanjutkan proses pengabdian di IPNU IPPNU atau afiliasi Banom Nahdlatul Ulama pada skala yang lebih luas.
Kedua, distribusi kader secara kultural. Para alumni yang memiliki kemampuan, keterampilan, termasuk jaringan yang luas dapat membantu serta mendukung kader secara emosional, mental, atau pun finansial.
Ketiga, distribusi kader secara fungsional. Para alumni yang berada di fungsi penting suatu lembaga, perusahaan, termasuk parlemen dapat memberikan support secara personal dan institusional bagi kader-kader. Dengan demikian, distribusi kader dari almuni kepada kader-kader mesti menghadirkan semangat dan loyalitas yang tinggi untuk kemajuan organisasi.
Grand design masa depan IPNU IPPNU yang lebih maslahat secara sederhana dapat dilakukan dengan beberapa langkah di atas. Saya yakin bahwa IPNU IPPNU adalah barometer organisasi pelajar satu-satunya yang secara resmi masuk dalam Banom Nahdlatul Ulama berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Kredo IPNU IPPNU yang memegang prinsip belajar, berjuang, dan bertakwa ialah amanah founding fathers kepada kader untuk terus melakukan pola kegiatan intelektual, sosial, dan spiritual. Sejalan dengan salah satu nomenklatur Nahdlatul Ulama yang berarti kebangkitan ulama. Pembangunan dan keberlangsungan Nahdlatul Ulama berada di pundak kader-kader IPNU IPPNU.
Terlebih saat ini, IPNU IPPNU tumbuh subur bagaikan oase di tengah padang pasir untuk mahasiswa. Kenapa? Karena hanya organisasi ini yang berkomitmen mengabdi pada bangsa dan negara tanpa memiliki kepentingan maupun libido popularitas. Itulah sebabnya, suatu kebanggaan sekaligus kehormatan bagi rekan-rekanita yang diberi kesempatan Tuhan untuk berproses di organisasi kepelajaran Nahdlatul Ulama.