“Kalau di sekolah lain, ekstrakurikuler biasanya diwajibkan. Nah, di tahun ajaran baru ini, kami jadikan pilihan. Sebagai gantinya, ada SIC ini untuk memfasilitasi pengembangan softskill dan kepribadian anak-anak,” jelas Jumhur.
Sejak pertama kali digagas, sudah terlaksana beberapa pelatihan terpadu dalam rangkaian program SIC ini. Seperti pelatihan jurnalistik, pengurusan jenazah, dan lain-lain.
“Kami ingin mendorong anak-anak lebih termotivasi untuk mengasah skillnya sendiri. Outputnya bisa digunakan untuk mengasah skill, mengikuti lomba, atau bekal di masa depan,” terang Jumhur.
Ia menerangkan, ke depannya, program-program positif seperti SIC ini bisa terus berkelanjutan di tahun ajaran 2024/2025 ini. Hal ini agar sekolah berbasis pesantren yang berdiri sejak 2016 ini bisa bersaing dengan dunia luar.
Sejalan dengan hal itu, terang Jumhur, SMAISGA juga memberikan solusi agar para siswanya bisa terus mengembangkan skill yang sudah dipelajari di SIC dan tetap melek dengan perubahan luar. Meskipun mereka tidak diperbolehkan membawa HP selama di pesantren.
“Sekolah menyediakan Chromebook yang bisa diakses Senin-Kamis jam 13.00-15.00 WIB. Anak-anak bisa menggunakannya di sekolah untuk mengakses informasi positif atau mengembangkan diri. Misalnya yang punya ketertarikan di bidang design, dan sebagainya,” ujar Jumhur.
Muhammad Fahmy Maulana, siswa SMAISGA kelas 12 IPA, menyatakan program SIC ini dapat membuka wawasan baru baginya. “Kalau biasanya saya ikut ekskul qiroah, jadi fokusnya hanya di sana. Setelah ada SIC ini juga seru. Setiap minggu selalu ada hal baru yang dipelajari selama mengikuti dengan seksama,” katanya.